This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

Bagaimana Menggapai Kekhusyukan dalam Shalat...???


                                       

Sulit sekali untuk dapat bisa shalat dengan khusyu’, sangat sulit. Bahkan orang-orang yang telah lama belajar agama pun kadang masih banyak yang belum bisa merasakan kekhusyukan ketika shalat. Seperti saya sendiri, yang tinggal di pesantren selama enam tahun pun belum bisa shalat dengan khusyu’.
Khusyu’ dalam shalat sebenarnya sangat sederhana jika kita mengetahuinya. Ketika shalat kita tidak harus tegang dalam bahasa jawanya mungkin kalian tahu “metenteng”, tidak harus melotot sehingga seakan-akan shalat itu terlihat sangat sulit. Tenang saja,  Allah itu melihat dan mengetahui apa yang kita lakukan. Tidak harus dengan ekspresi tegang, Allah tahu kalau kita benar-benar shalat. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Wasta’iinuu bisshobri wassholah wainnahaa lakabiirotun illa ‘alal khoosyi’in”
Artinya: Meminta tolonglah kamu kepada Allah dengan sabar dan shalat, tetapi apakah itu berat? Kecuali orang-orang yang khusyu’.

Dan siapakah orang yang khusyu’ itu? “Alladziina yadzunnuuna annahum mulaaqu rabbihim waanahum ilaihi raaji’un”. Yaitu orang yang membayangkan seakan-akan dirinya bertemu dengan Allah, dan ia benar-benar kembali (menyerahkan dirinya) kepada Allah. Kita yakin bahwa Allah itu ada, kita yakin bahwa Allah mendengar dan melihat apa yang kita ucapkan dan kita lakukan . Ketika kita merasa yakin itulah dinamakan dengan khusyu’. Dan disaat itu kita benar-benar dapat berbicara dan berinteraksi  dengan Allah. Ketika kita memanggil nama Allah sewaktu takbiratul ikhram “Allahu Akbar”, maka hati kita akan bergetar.
Sabar dan shalat itu rasa mudah bagi orang yang khusyu’. Orang akan khusyu’ ketika ia benar-benar dalam keadaan susah. Saya tidak memungkiri pernyataan saya sendiri itu. Tapi memang benar ketika kita kita dalam keadaan terjepit dan susah, baru kita benar-benar kembali dan menyerahkan diri kita kepada Allah. Ketika kita dalam keadaan susah, kita akan dipaksa memohon kepada Allah dengan menyerahkan seluruh jiwa dan raga kita. Lalu apakah kita akan menunggu Allah memberikan masalah, kemiskinan, kesedihan dan kesusahan baru kita bisa shalat dengan khusyu’? Tentu tidak kan.
                                                        

Pernah saya mendengar sebuah ungkapan, problem solving ada ketika ia melepaskan dirinya, jiwanya dilepaskan kepada Allah.  Jiwanya naik ke atas, yang dimaksud dengan naik ke atas adalah jiwanya terhubung dengan sang Pencipta yaitu Allah SWT. Seseorang akan merasa seakan-akan ia benar-benar bertemu dengan Allah ketika ia memanggil Allah dengan jiwanya bukan dengan mulut, maka akan tersambung antara hamba dengan Tuhannya. Seperti firman Allah:
                “ Wadzkur Rabbaka fii nafsika tadhorru’an”
Seseorang yang menggunakan hati ketika shalat maka ia akan merasakan kekhusyu’an dan akan bergetar hatinya, tetapi jika ia menggunakan pikirannya, maka pikiran itu dapat melayang. Jika engkau memanggil Allah dengan jiwa maka akan bergetar hatinya.
Ada sebuah pertanyaan, apakah kita bisa khusyu’ ketika dalam keadaan sempit? Jika seseorang itu benar-benar mencintai Allah, maka kita akan melakukan apa saja untuk Allah dalam kondisi apapun ia akan khusyu’ mencintai Allah. Dapat diperumpamakan ketika kita mencintai sesama hamba, maka ia akan melakukan apa saja untuknya. Dan apakah orang yang khusyu’ itu rela untuk cepat-cepat meninggalkan shalatnya sedangkan ia benar-benar mencintai Allah? Tentunya ia tidak rela jika ia meninggalkan Allah. Apakah berbeda antara khusyu’ dengan konsentrasi? Beda, orang yang khusyu’ menggunakan jiwanya, ia gunakan jiwanya untuk memanggil Allah dan maka akan bergetar hatinya. Sedangkan konsentrasi, kita menggunakan pikiran dan kata-kata, dan seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, jika kita menggunakan pikiran, maka pikiran itu dapat melayang.
Ketika seorang hamba diserukan nama Allah maka akan bergetar hatinya, dia akan menangis dan akan jatuh tersungkur untuk kepadaNya, maka ketika itulah bertambah kekhusyu’annya. Dan rasa sambungnya kepada Allah akan semakin kuat. Untuk apa kita menunggu-nunggu esok hari untuk melatih kekhusyu’an kita dalam shalat. Mari kita latih untuk dapat shalat dengan khusyu’ mulai dari sekarang.
JANGAN DITUNDA-TUNDA! KARENA KITA TIDAK TAHU APAKAH KITA MASIH HIDUP SAMPAI ESOK HARI. WALLAHU A’LAM BISSHOWAB.

 *Diintasarikan dari acara pelatihan shalat khusyu' "Keajaiban Shalat" Ustadz Abu Sangkan di Metro TV

3 komentar:

Choliday_21 mengatakan...

*klo tdk slah sya pnah mndgar ada sahabat yg meminta pedang yg tertancap d tubuhnya dicabut saat shalat.., dan saat dicabut sahabat itu tdk mrsa sakit...

*apkh dktakan khusyuk saat kita tk sdar akn keadaan skitar dn hanya fokus pd Allah...

#smntra sya prnah dngar juga (klo g salah) Nabi Muhammad pernah mggendong cucunya saat sholat..

Risya Lutfiana mengatakan...

yg dnamakan khusyu adlh ketika hati kita hanya terpaut kpda Allah & meninggalkan urusan yg brsifat duniawi, tpi kita jga harus sadar dgn yg terjadi pada diri kita.
nabi memang pernah melakukan hal diatas, memang dibenarkan seseorang menggendong anak ketika shalat dengan syarat anak tersebut tidak dalam keadaan najis & tidak mengganggu shalat. namun, sampai saat ini jarang bahkan mngkin tdak prnah dijumpai hal tsb, dikarenakan mereka takut shalat mereka akan trganggu oleh anaknya, sedangkan Nabi sndiri siapa yg dapat meragukan shalat nabi. Jadi klo emang kita yakin ank tsb tdk mnggnggu shlat kita, tdk apa2 jka d gndong ktka shlat.

Rengganis putri mengatakan...

khusu" sebuah kata yang memang mudah untuk diucap, tapi untuk mencapai tingkat khusu" sangatlah sulit. Ini terjadi pada pribadi saya, tapi aku terus berusaha,,,,,jujur sampai sat ini aku belum pernah merasakan bahagia setelah solat, kerena pernah ku dengar orang yang khusu" merasa sangat bahagia setelah selesai solat, mohon gimana caranya membayangkan allah.....trims

Posting Komentar